Home » » Argumentasi dengan Lebih Afektif

Argumentasi dengan Lebih Afektif



Argumentasi dengan Lebih Afektif - Sering ribut dengan pasangan tanpa hasil yang sehat? Sering mengakhiri pembicaraan dengan tingkat emosional yang tinggi dan meletup-letup? Atau sering menyesal setelah mengeluarkan berbagai kalimat atau kata-kata yang sebetulnya tidak ingin diucapkan?

Argumentasi dengan Lebih Afektif

Argumentasi dengan Lebih Afektif [metrotvnews.com]

Banyak sekali orang yang tahu dan paham, bahwa setiap orang punya persepsi sendiri-sendiri terhadap berbagai masalah. Betul? Buktinya, pada saat berargumentasi, banyak yang mengucapkan itu khan menurut lu! atau kok lu nggak bisa menangkap juga sih maksud gua?.

Lucunya, kendati banyak yang sudah tahu bahwa setiap orang bisa mempunyai sudut pandang sendiri-sendiri, tapi masih banyak yang merasa orang lain tidak berhak untuk mempunyai pendapat itu. Hmmmmhh!

Ada ungkapan yang mengatakan bahwa The MAP is not the TERRITORY. Peta tidak mewakili daerah yang sebenarnya. Dan setiap orang mempunyai model dunia atau peta pikiran sendiri-

sendiri. Mau tahu kenapa orang lain tidak bisa melihat yang kita lihat atau tidak bisa merasakan yang kita rasakan? Yang kita lihat di peta kita tidak ada di peta mereka! Dan kalau tidak ada di peta mereka, bagaimana mereka bisa melihatnya? Jadi yang Anda lakukan sebenarnya hanyalah mencoba membuat mereka percaya bahwa yang Anda lihat di peta Anda ada juga di peta mereka. Yang bisa menjadi masalah besar adalah apabila Anda ingin mereka segera bisa melihat itu! Itu seperti Anda dituntut untuk bisa menemukan dan melihat kota Surabaya di peta Kalimantan! Apa yang kira-kira menjadi reaksi Anda?

  • Pertama, selalu ingat bahwa hubungan Anda berdua jauh lebih penting dari masalah yang ada! Tidak ada masalah yang bisa lebih penting dari hubungan Anda berdua! Prinsip ini tidak bisa ditawar, kecuali Anda memang tidak berniat melanjutkan hubungan Anda dengan pasangan Anda lagi.
  • Kedua, pahami bahwa peta pikiran setiap orang tidak sama. Apa yang tergambar dalam peta tersebut tergantung dari nilai-nilai yang dianut, misi hidup, pengalaman hidup, memory, apa yang dipelajari, strategi hidup, habit, dan lain-lain. Jadi Anda tidak akan pernah bisa memaksakan pendapat Anda. Tidak akan pernah bisa, kecuali pasangan Anda yang akhirnya sendiri merubah sudut pandangnya. INGAT: jika pasangan Anda akhirnya diam, bukan berarti bahwa dia mengakui Anda benar.
  • Ketiga, coba belajar dari pengalaman bahwa mencoba untuk selalu menjadi benar seringkali menambah keruh masalah. GANTI pendekatan Anda ke mencari apa yang lebih bermanfaat untuk hubungan Anda daripada fokus pada siapa yang benar dan salah. Gunakan pendekatan asertif, akui dan hargai pandangan pasangan Anda, dan utarakan pandangan Anda tanpa menyalahkan atau menyudutkan pasangan Anda! Kalau memang terjadi perbedaan pandangan, tetap tidak perlu mencari siapa yang paling benar. Peran Anda dalam hubungan adalah untuk saling melengkapi dengan perbedaan atau berkompetisi?
  • Keempat, selalu fokus pada hasil akhir yang berguna dari setiap argumentasi. Argumentasi itu sehat, tapi argumentasi yang tidak mempunyai hasil akhir yang jelas, adalah tidak sehat. Hanya akan jadi arena pelampiasan ego masing-masing. Jika sudah terjadi pelebaran masalah atau berlarut-larut, beranikan diri untuk menjadi yang me-review kembali hasil akhir yang diinginkan dari argumentasi ini. Tanyakan ke pasangan Anda: Tunggu sebentar, kita sudah terlalu lama berargumentasi dan tidak ada hasil yang jelas, kita sebaiknya sepakat dahulu, apa yang ingin kita hasilkan dari sini!
  • Kelima, selalu tutup dengan ekspresi perasaan yang berguna untuk Anda berdua. Ucapkan kalimat seperti You know, kita memang berbeda pendapat, dan hari kita memang sempat emosional. I just want you to know one thing: I love you! INGAT, kalimat ini akan dengan sekejap merubah mood Anda dan pasangan Anda. Di akhir argumentasi, yang kita ingin pasangan kita bawa adalah bukan bagaimana perlakuan kita yang tidak menghargai dia, tapi justru adalah kendati dalam keadaan emosional, kita masih bisa menunjukkan rasa sayang.

Refrensi : emotivasi dan jagatmotivasi.com

Silahkan baca juga cerita Kacamata Kotor

Thank you for reading article Argumentasi dengan Lebih Afektif




0 comments:

Post a Comment

Sponsor

Popular Posts

Blog Archive

Powered by Blogger.