Beberapa hari lalu saya mendapat musibah, ujian berat bagi seorang yang mendapatkan kebahagiaan dengan menulis. Tiba-tiba beberapa tombol keyboard laptop saya tidak berfungsi.
Awalnya saya pikir hanya masalah pada software, harapan saya. Setelah dilakukan pemeriksaan seksama ternyata masalah pada hardware.
Kebahagiaan saya diuji. Butuh waktu lama dan biaya besar untuk memperbaiki keyboard. Padahal banyak proyek tulisan yang harus saya selesaikan, tak mungkin menunggu sampai selesai perbaikan.
Sambil menunggu ketersediaan keyboard jenis yang sesuai, saya putuskan untuk membeli external elastic keyboard. Ternyata memakainya tidak senyaman menggunakan keyboard asli. Saya harus memencet lembut dengan tepat di tengah tombol atau hurufnya tidak muncul. Bila terlalu keras memencet tombol huruf di sekitarnya ikut muncul juga, atau hurufnya lari beberapa spasi. Padahal saya harus menulis beribu kata.
Tiba-tiba saya jadi malu saat teringat bahwa karya-karya tulis hebat dihasilkan dari mesin tik manual. JK Rowling bahkan menulis naskah Harry Potter menggunakan mesin tik manual, rangkap lima. Para pujangga Indonesia, yang kehebatannya melegenda juga menulis dengan mesin tik manual. Membayangkan itu semua saya jadi lebih bersemangat menulis dengan bahagia.
Tuhan menegur saya karena saat memiliki fasilitas dan kemudahan saya tidak menggunakannya secara maksimal. Saya harus menebusnya dengan menulis lebih banyak dalam kondisi yang terbatas, agar musibah berubah menjadi anugerah.
Seringkali kita mengeluh dan menyalahkan minimnya fasilitas yang ada sehingga tidak bisa berkarya. Sementara orang lain mampu lebih banyak memberikan manfaat dalam kehidupan dengan fasilitas yang lebih minim dari kita. Fasilitas yang melimpah tidak menjamin kualitas karya kita.
KUALITAS SUKSES tergantung TEKAD dan TINDAKAN, tidak tergantung fasilitas.
0 comments:
Post a Comment